Bahan aktif skincare seringkali diabaikan oleh para pengguna pengguna skincare, terutama bagi para pemula yang baru ingin memulai penggunaan produk perawatan. Dewasa ini, kita semua tahu bahwa kulit yang bersih, dan sehat bukan hanya impian bagi sebagian besar perempuan, namun juga laki-laki.
Berbagai produk diluncurkan dengan claim yang menggiurkan. Kiblat para skincare addict ini pun berbeda-beda, ada yang condong mengikuti tren skincare western ada pula menggandrungi produk-produk dari Asia. Metodenya pun bermacam-macam, dengan penggunaan jenis produk yang beragam.
Untuk hal ini kita bisa sepakat, bahwa tren skincare rutin ini membawa dampak di mana masyarakat lebih peduli dengan keadaan kulit mereka. Namun, sayangnya kepedulian ini seringkali tidak dibarengi dengan kesadaran mengenai ingridients produk. Padahal ada bahan aktif skincare yang tidak boleh digunakan secara bersamaan.
Ada yang bilang menjadi seorang skincare user sama dengan belajar menjadi seorang chemical expert. Pengguna skincare yang baik sepatutnya mengenali jenis kulit mereka dan bahan-bahan apa saja yang dibutuhkan untuk menutrisi kulit mereka.
Memerhatikan bahan mana yang harus dihindari, mana yang tak boleh digunakan bersamaan, dan bagaimana bahan-bahan kimia tersebut bekerja di kulit.
Maka dari itu sebaiknya sebelum membeli suatu produk kamu meriset dulu komposisi produk tersebut, terutama apabila produk tersebut mengandung bahan aktif yang bisa memicu terjadinya proses regenerasi kulit.
Jadi, bahan aktif skincare apa saja yang tidak boleh dicampur atau digunakan secara bersamaan?
Berikut rangkuman yang Byoote himpun dari berbagai sumber.
1. Retinol dan Vitamin C.
Retinol merupakan zat turunan dari vitamin A yang merangsang terjadinya regenerasi kulit, biasanya zat aktif ini ditemukan dalam produk acne care dan peremaja kulit.
Sedangkan vitamin C berfungsi untuk merangsang produksi kolagen, mencerahkan kulit, dan mengurangi kerutan. Sekilas orang awam dapat berpikir bahwa menggunakan dua zat ini secara bersamaan dapat mempercepat proses peremajaan kulit.
Namun rupanya, retinol dan vitamin C bekerja dalam lingkup keasaman yang berbeda, sehingga mengkombinasikan penggunaan kedua produk itu justru bisa menyebabkan iritasi.
Sebagai saran ada baiknya memisahkan penggunaan dua produk tersebut, vitamin C pada pagi hari, sementara retinol untuk malam hari, mengingat sifat retinol yang sensitif terhadap sinar matahari. Oh ya, meski begitu tetap jangan lupa gunakan sunscreen ya jika ingin menggunakan vitamin C di pagi hari!
2. AHA dan Niacinamide.
Alpha Hydroxy Acids atau yang lebih dikenal dengan AHA merupakan senyawa asam yang berfungsi sebagai eksfloiator. AHA bekerja dengan cara merusak lapisan kulit terluar sehingga mampu merangsang regenerasi kulit.
Selain itu, AHA mendorong peningkatan kolagen sehingga kulit menjadi lebih sehat dan kenyal, atas alasan tersebutlah AHA seringkali dijumpai dalam produk skincare anti aging.
Sementara niacinamide adalah salah satu bentuk dari vitamin B3 yang berperan dalam perawatan kulit. Selain efeknya yang melembabkan dan menghaluskan kulit, penggunaan Niacinamide dalam kadar 5% dipercaya ampuh untuk menyamarkan noda hitam.
Niacinamide memiliki pH sekitar 5-6,5. Nilai pH yang terkandung di dalam Niacinamide dinilai terlalu tinggi untuk zat AHA. Sehingga penggunaan keduanya di saat yang bersamaan akan mengurangi efektifitas bahkan menimbulkan iritasi kulit.
3. BHA dan Benzoyl Peroxide.
Beta Hydroxy Acids atau yang biasa dikenal sebagai BHA merupakan senyawa kimia yang biasanya terdapat di dalam produk eksfloiasi. Berbeda dengan saudaranya, AHA, BHA umumnya dapat masuk ke dalam pori-pori kulit sehingga dapat mengangkat sel kulit mati dan mengatasi permasalahan jerawat.
Sedangkan Benzoyl Peroxide adalah zat yang digunakan untuk mengatasi jerawat. Benzoyl Peroxide bekerja dengan mengurangi peradangan dan membunuh bakteri penyebab jerawat. Fungsi BHA dan Benzoyl Peroxide memang memiliki fungsi yang serupa, namun efek samping yang dimiliki kedua zat tersebut justru bisa membuat kulit iritasi.
4. Retinol dan AHA/BHA.
Meskipun tidak termasuk dalam produk eksfloiasi, namun cara kerja retinol yang serupa dengan eksfoliator dapat menyebabkan kulit over exfoliated. Alih-alih bekerja dengan maksimal, penggunaan retinol dan AHA/BHA secara bersamaan dapat memicu iritasi.
5. Glycolic Acid dan Salicyl Acid.
Glycolic acid atau asam glikolat merupakan senyawa yang masih tergolong dalam jenis Alpha Hydroxy Acid (AHA). Fungsinya pun sama untuk meremajakan kulit. Di sisi lain, Salicyl Acid atau Asam Silsilat merupakan zat yang digunakan untuk membantu regenerasi kulit dan mengatasi permasalahan jerawat.
Berdasarkan penjelasan barusan dapat ditangkap bahwa Glycolic Acid dan Salicyl Acid memiliki fungsi yang serupa, yaitu meregenerasi kulit. Penggunaan zat ini secara bersamaan dapat menyebabkan timbulnya iritasi.
Dari lima uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa penggunaan bahan aktif skincare harus betul-betul diperhatikan. Penggunaan skincare berlapis hanya akan dapat efektif jika bahan yang terkandung di dalamnya saling bekerja sama dan cocok antara satu dengan yang lainnya.
Penggunaan skincare yang salah bukan hanya membuat kinerja produk jadi tidak efektif, tapi juga dapat memicu terjadinya inflamasi kulit atau breakout.